PASURUAN, PAGITERKINI.COM — Sejumlah pemilik warung kopi (warkop) di kawasan Ruko Gempol9, Pasuruan, mengaku resah atas kedatangan dua pria tak dikenal yang mengaku sebagai utusan dari institusi kepolisian, tepatnya dari unit Cyber Polda Jawa Timur. Kawasan Gempol9 yang dikenal sebagai area hiburan malam itu kembali menjadi sorotan setelah muncul dugaan adanya upaya intimidasi berkedok penegakan hukum.

Menurut keterangan sejumlah pemilik usaha, dua pria tersebut datang ke lokasi tanpa menunjukkan identitas resmi maupun surat tugas. Mereka mengaku datang atas perintah “Komandan” di unit Cyber Polda Jatim, dengan dalih menindaklanjuti laporan masyarakat terkait aktivitas di Gempol9.

“Saya datang ke sini karena diperintah Komandan saya. Saya diminta untuk mengambil dokumentasi tambahan karena ada aduan masyarakat terkait Gempol9 di Polda,” ujar salah satu pemilik warkop, menirukan gaya bicara salah satu pria tersebut saat ditemui Pagiterkini.com, Sabtu (12/07), di sebuah kedai kopi.

Pemilik warkop tersebut menambahkan, bahwa kedua pria itu tidak menjelaskan secara rinci isi laporan dimaksud. Salah satu dari mereka bahkan sempat mengambil dokumentasi di area sekitar, dengan alasan untuk kepentingan laporan lanjutan.

“Mereka hanya bilang ada laporan, tapi tidak dijelaskan perkaranya apa. Yang janggal, mereka berbicara seolah memiliki wewenang untuk menyelesaikan masalah, padahal saya sendiri tidak tahu letak kesalahan kami,” ujarnya.

Kecurigaan semakin menguat ketika salah satu dari pria tersebut menyarankan agar warkop di kawasan Gempol9 ditutup sementara waktu. Ia juga menawarkan pertemuan dengan atasannya yang disebut sebagai Komandan, dengan iming-iming bahwa laporan dapat dicabut jika pemilik warkop bersedia bertemu dan “membicarakan lebih lanjut”.

“Arah pembicaraannya seperti mengarah ke permintaan uang. Seolah-olah mereka bisa bantu cabut laporan asal kami bersedia bertemu komandannya. Padahal kami tidak pernah diberi tahu duduk persoalannya,” tegasnya.

Sementara itu, pemilik warkop lainnya, yang mengaku dihubungi via pesan WhatsApp oleh seseorang yang mengaku sebagai suruhan aparat. Namun, karena gaya komunikasinya mencurigakan, pemilik warkop tersebut memilih untuk mengabaikannya.

“Kalau benar dari Polda Jatim, cara pendekatannya tentu berbeda. Gaya dan bahasanya ini mencurigakan,” ujarnya singkat.

Atas kejadian ini, para pelaku usaha di kawasan Ruko Gempol9 mempertanyakan legalitas dan identitas kedua pria tersebut. Mereka berharap aparat penegak hukum segera turun tangan menyelidiki dugaan penyalahgunaan nama institusi kepolisian, yang diduga kuat digunakan untuk melakukan intimidasi atau bahkan pemerasan.

Hingga berita ini diterbitkan, media ini masih berupaya memperoleh konfirmasi resmi dari Polda Jawa Timur serta pihak yang diduga mengaku sebagai oknum anggota. Perkembangan informasi akan disampaikan pada pemberitaan selanjutnya. (BERSAMBUNG)

(mal/kuh)