PASURUAN °PAGITERKINI.COM – Pengguna jalan dan pengunjung Bersih Desa Lebakrejo, Kecamatan Purwodadi “Resah”. Pasalnya, jalan Purwodadi – Tosari ditutup total dan tarif parkir mencekik. Minggu 29 Juni 2025.
Kemeriahan acara tahunan Bersih Desa (Suroan) di Desa Lebakrejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, justru meninggalkan kesan buruk bagi warga dan pengguna jalan.
Bukan hanya karena jalan ditutup tanpa sosialisasi yang memadai, namun juga karena tarif parkir yang mencekik dan kurangnya tanggung jawab dari panitia maupun pemerintah desa.
Sebanyak 13 grup sound horeg ditampilkan untuk menyemarakkan acara budaya ini, yang seharusnya menjadi momentum kebersamaan. Namun sejak pukul 12.00 WIB, lalu lintas menuju lokasi acara justru lumpuh total.

Beberapa akses jalan utama ditutup dengan tangga kayu, menyebabkan antrean kendaraan mengular hingga 13 kilometer. Truk-truk pengangkut barang terpaksa putar balik karena tidak mendapat informasi maupun arahan jelas dari pihak penyelenggara.
“Saya niatnya kirim barang ke Tosari, tapi malah nyasar dan kejebak macet. Gak ada pemberitahuan apa-apa,” keluh seorang sopir asal Jombang.
Ironisnya, di tengah kemacetan dan kekacauan lalu lintas, pengunjung juga dipalak dengan tarif parkir selangit. Sepeda motor dikenai biaya Rp20.000 dan mobil Rp25.000. Tanpa karcis resmi, tanpa standar yang jelas.
“Parkir saja Rp20 ribu buat motor? Ini pungli, bukan parkir. Acara desa kok malah jadi ajang cari untung,” ujar salah satu warga yang merasa dirugikan.
Kepala Desa Lebakrejo, Arimi, ketika dikonfirmasi justru mengelak dan menyatakan bahwa tidak ada penutupan jalan, hanya pengalihan arus lalu lintas. Namun, klaim tersebut langsung dimentahkan oleh warga yang memiliki dokumentasi jalan yang benar-benar ditutup total.
“Jangan bilang dialihkan. Saya lihat sendiri jalan diblokir total. Bahkan banyak sopir bingung karena gak ada petunjuk,” terang warga setempat.
Lebih parah lagi, sang kepala desa berdalih tidak mengetahui soal tarif parkir. Sebuah pernyataan yang memunculkan tanda tanya besar soal koordinasi dan kontrol dalam penyelenggaraan acara.
Minimnya rekayasa lalu lintas, lemahnya koordinasi, serta pembiaran terhadap praktik parkir liar menjadikan acara budaya yang seharusnya menyatukan warga, justru memecah kenyamanan dan memunculkan keresahan.
Warga meminta agar pihak berwenang mengevaluasi serius pelaksanaan acara Suroan di masa mendatang agar tidak lagi menyengsarakan masyarakat.
(mal/kuh)
Tinggalkan Balasan